Awas! 40% Bibit Sawit yang Beredar Diduga Palsu
10 Januari 2012
Admin Website
Artikel
4541
JAKARTA. Kalangan indutri dan petani sawit sampai saat ini resah dengan banyaknya benih sawit palsu
yang beredar khususnya di daerah Sumatera. Jumlahnya bisa mencapai 40%
dari total bibit yang beredar di pasar, ini masalah lama yang belum
terselesaikan.
Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian, Rismansyah Danasaputra mengatakan benih tanaman kelapa sawit palsu banyak sekali beredar, khususnya di Sumatera, Aceh hingga Lampung, yang merupakan sentra perkebunan sawit.
"Jumlahnya diperkirakan mencapai 30%-40%, cukup banyak dan sulit membedakan yang asli dan yang palsu. Bahkan tampilan benih palsu ini bisa lebih bagus karena lebih hijau," ujarnya, di Kantor Kementerian Pertanian Gedung C, Senin (9/1/2012).
Diungkapkan Rismansyah, saking susahnya membedakan yang asli dan yang palsu, baru dapat diketahui setelah bibit itu ditanam selama 4-5 tahun. "Baru bisa dibedakan kalau yang asli berbuah, kalau yang palsu tidak berbuah. Tentunya ini kerugian besar, pasalnya sudah lama merawat namun tidak ada hasil," katanya.
Ditambahkan Dirjen Perkebunan, Gamal Nasri, beredarnya benih palsu merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi dalam pengembangan kelapa sawit.
"Tidak hanya beredarnya benih palsu, kendala lain, sulitnya diperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan/perbankan, terbatasnya infrastruktur dan produktivitas tanaman yang belum optimal serta semakin maraknya kampanye negatif kelapa sawit," terang Gamal.
Ditambahkan, saat ini yang sedang getol diupayakan pihaknya untuk mengembangkan kelapa sawit ditengah kondisi banyaknya hambatan tersebut di atas, antara lain penggantian benih palsu, revatilisasi perkebunan dan penerapan pembangunan berkelanjutan melalui penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) kepada stakeholder terkait, serta pembinaan yang lebih intensif.
"Upaya lainnya juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengembangan kelapa sawit," imbuhnya.
Terkait perkembangan kelapa sawit, diterangkan Gamal, rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007-2010 sebesar 4,96%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat 4,71% pertahun.
Peningkatan luas area tersebut disebabkan harga minyak sawit mentah (CPO) yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan dan keuntungan bagi produsen, khususnya petani.
"Sasaran pengembangan kelapa sawit 2011 diperkirakan mencapai 8,91 juta hektar dengan produksi 22,51 juta ton," ujarnya.
Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit selama 2007-2010 sebesar 19,76% per tahun dengan peningkatan ekspor rata-rata 29,90% per tahun.
Realisasi ekspor komoditi kelapa sawit sampai triwulan III 2011 telah mencapai volume 14,52 juta ton dengan nilai US$14,29 miliar. "Dan neraca perdagangan untuk komoditi kelapa sawit sampai dengan triwulan III 2011 telah mencapai US$14,26 miliar," tandas Gamal.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2012
Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian, Rismansyah Danasaputra mengatakan benih tanaman kelapa sawit palsu banyak sekali beredar, khususnya di Sumatera, Aceh hingga Lampung, yang merupakan sentra perkebunan sawit.
"Jumlahnya diperkirakan mencapai 30%-40%, cukup banyak dan sulit membedakan yang asli dan yang palsu. Bahkan tampilan benih palsu ini bisa lebih bagus karena lebih hijau," ujarnya, di Kantor Kementerian Pertanian Gedung C, Senin (9/1/2012).
Diungkapkan Rismansyah, saking susahnya membedakan yang asli dan yang palsu, baru dapat diketahui setelah bibit itu ditanam selama 4-5 tahun. "Baru bisa dibedakan kalau yang asli berbuah, kalau yang palsu tidak berbuah. Tentunya ini kerugian besar, pasalnya sudah lama merawat namun tidak ada hasil," katanya.
Ditambahkan Dirjen Perkebunan, Gamal Nasri, beredarnya benih palsu merupakan salah satu kendala yang harus dihadapi dalam pengembangan kelapa sawit.
"Tidak hanya beredarnya benih palsu, kendala lain, sulitnya diperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan/perbankan, terbatasnya infrastruktur dan produktivitas tanaman yang belum optimal serta semakin maraknya kampanye negatif kelapa sawit," terang Gamal.
Ditambahkan, saat ini yang sedang getol diupayakan pihaknya untuk mengembangkan kelapa sawit ditengah kondisi banyaknya hambatan tersebut di atas, antara lain penggantian benih palsu, revatilisasi perkebunan dan penerapan pembangunan berkelanjutan melalui penerapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) kepada stakeholder terkait, serta pembinaan yang lebih intensif.
"Upaya lainnya juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengembangan kelapa sawit," imbuhnya.
Terkait perkembangan kelapa sawit, diterangkan Gamal, rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama 2007-2010 sebesar 4,96%, sedangkan produksi kelapa sawit meningkat 4,71% pertahun.
Peningkatan luas area tersebut disebabkan harga minyak sawit mentah (CPO) yang relatif stabil di pasar internasional dan memberikan pendapatan dan keuntungan bagi produsen, khususnya petani.
"Sasaran pengembangan kelapa sawit 2011 diperkirakan mencapai 8,91 juta hektar dengan produksi 22,51 juta ton," ujarnya.
Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata volume ekspor kelapa sawit selama 2007-2010 sebesar 19,76% per tahun dengan peningkatan ekspor rata-rata 29,90% per tahun.
Realisasi ekspor komoditi kelapa sawit sampai triwulan III 2011 telah mencapai volume 14,52 juta ton dengan nilai US$14,29 miliar. "Dan neraca perdagangan untuk komoditi kelapa sawit sampai dengan triwulan III 2011 telah mencapai US$14,26 miliar," tandas Gamal.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, SENIN, 9 JANUARI 2012