BK Ekspor CPO 9% Tak Gereget
31 Oktober 2012
Admin Website
Artikel
4792
MEDAN. Asosiasi
Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menilai langkah pemerintah
menurunkan bea keluar (BK) ekspor minyak sawit mentah (crude palm
oiI/CPO) menjadi 9% pada November tidak memiliki gereget untuk
meningkatkan ekspor CPO dan membantu petani kelapa sawit.
Sekjen
Apkasindo Asmar Arsjad menilai penurunan BK CPO dari 13,5% menjadi 9%
untuk periode November tidak akan membawa pengaruh besar terhadap
peningkatan daya serap ekspor CPO Indonesia karena kalah bersaing dengan
CPO Malaysia yang sudah menurunkan BK CPO-nya dari 35% menjadi 4,5%
-8,5 %.
"Pemerintah
tidak pernah serius menurunkan BK CPO. Kebijakan yang diambil selalu
tanggung dan kurang mendukung ekspor CPO," ujarnya menjawab Bisnis di
Medan, Selasa (30/10).
Menurutnya,
bagaimana mungkin CPO Indonesia mampu bersaing dengan Malaysia karena
harga CPO negara jiran itu sudah pasti lebih murah dibandingkan dengan
minyak sawit Indonesia.
Semestinya,
kata Asmar, pemerintah menurunkan BK CPO hingga tinggal 2,5%, sehingga
stok CPO yang menumpuk di dalam negeri bisa mengalir ke pasar ekspor.
Saat ini, tuturnya, jutaan ton CPO Indonesia menumpuk di tangki penimbunan dan pabrik kelapa sawit.
"Tangki-tangki
timbun semua penuh. Tangki,penampungan di PKS (pabrik kelapa sawit)
juga penuh, sementara kebutuhan di dalam negeri hanya 6 juta ton CPO per
tahun."
Tetap Rendah
Akhir
tahun harga CPO di pasar dunia bakal tetap rendah seperti saat ini US$
700-US$ 800 per ton. Demikian juga harga tandan buah segar (TBS) di
tingkat petani, menurut Asmar, akan semakin terpuruk hingga mencapai Rp
500 per kg sampai akhir tahun.
"Saat ini saja harga TBS terendah di tingkat petani Rp 600 per kg dan tertinggi sekitar Rp 800 per kg," tuturnya.
Seperti
diketahui, Kementerian Perdagangan menetapkan tarif BK ekspor minyak
sawit mentah atau CPO untuk November 2012 menjadi sebesar 9%, Itu
berarti turun 4,5% dari bulan sebelumnya.
Mulai
awal tahun depan, Malaysia berencana menurunkan pajak ekspor CPO-nya
dari 35% menjadi 4,5% -8,5 %. Berarti, harga akhir minyak sawit mentah
negeri jiran itu akan lebih murah ketimbang produk Indonesia.
Bendahara
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumut Laksamana
Adyaksa mengatakan pemerintah selalu membuat kebijakan yang tanggung
mengenai kelapa sawit.
"Kalau
BK hanya diturunkan menjadi 9% sudah pasti CPO Indonesia tidak mampu
bersaing dengan Malaysia. Idealnya BK CPO antara 0% - 2,5% saja untuk
November sampai Desember 2012," tandasnya.
Laksamana
juga menilai kebijakan pemerintah untuk merangsang investor masuk ke
industry hilir kelapa sawit tidakmemiliki arah yang jelas. Dia
mencontohkan Wilmar yang meminta tax holiday, yang sampai kini belum
mendapatkan jawaban. "Apa sih susahnya membuat kebijakan dengan
memberikan keringanan berupa tax holiday industry hilir sawit sampai 5
tahun," tegasnya.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, RABU, 31 OKTOBER 2012