(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Coconut Biodiesel Solusi di Zaman Krisis

30 Januari 2009 Admin Website Artikel 4837
#img1# Tempat pengolahan coconut biodiesel yang berada di Kecamatan Bidukbiduk ini, Rabu (28/1) diresmikan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak bersamaan dengan pabrik CPO di Talisayan.

Dipilihnya Berau sebagai tempat pengolahan coconut biodiesel, karena saat ini perkebunan kelapa tersebut memiliki seluas 2.908 hektare, dan luas areal tanaman yang menghasilkan mencapai 2.551 ha.

Areal perkebunan kelapa tersebut tersebar di 13 kecamatan, namun Kecamatan Bidukbiduk merupakan daerah yang terbesar dengan 1.413 ha atau 48,6 persen dari total luas areal perkebunan kelapa. Pembangunan unit pengolahan coconut biodiesel merupakan program pengembangan desa mandiri energi.

Berdasarkan hasil feasibility study dari Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil pada tahun 2008, Bidukbiduk ditetapkan sebagai lokasi pembangunan unit pengolahan hasil (UPH) coconut biodiesel yang didanai langsung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar Rp1,6 miliar.

Pemilihan lokasi di Bidukbiduk juga telah berdasarkan kriteria yang meliputi harga solar, kelapa, minyak goreng, potensi bahan baku, kebutuhan akan BBM, kebutuhan minyak goreng, kelembagaan petani, sarana dan prasarana, dukungan aparat serta kemitraan yang ada.

Dikatakan bupati Berau Makmur HAPK, tujuan utama pengembangan UPH coconut biodiesel adalah untuk memenuhi kebutuhan BBM yang sulit diperoleh dan harganya relatif mahal bagi masyarakat di daerah terpencil, meningkatkan nilai tambah dari tanaman kelapa, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan petani.

Bupati juga mengharapkan agar masyarakat dapat memberdayakan tanaman kelapa. "Ini merupakan solusi di zaman krisis seperti ini, sehingga kita tidak lagi susah mencari bahan bakar," kata bupati.

Sekadar diketahui, minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging kelapa yang dikeringkan, Red) atau dari perasan santan buah kelapa. Kandungan minyak dalam kopra diyakini mencapai 63 sampai 68 persen. Secara kimiawi minyak kelapa lebih stabil dibandingkan minyak lainnya dan memiliki sifat pembakaran yang lebih baik. Mesin diesel dapat dioperasikan menggunakan 100 persen minyak kelapa atau campuran minyak kelapa dan minyak diesel atau menggunakan coconut biodiesel.

Dari pengolahan kelapa, produk yang dihasilkan berupa biodiesel dan minyak goreng.

Jumlah produksi biodiesel dari UPH coconut biodiesel diupayakan sebesar 400 liter per hari atau 40 persen dari kapasitas unit pengolahan. Sedangkan produksi minyak goreng diupayakan 600 liter per hari atau 60 persen dari kapasitas unit pengolahan.

DIKUTIP DARI RADAR TARAKAN, JUMAT, 30 JANUARI 2009

Artikel Terkait