Disbun Uji Coba Gunakan Burung Hantu Atasi Hama Tikus
26 Juni 2015
Admin Website
Berita Kedinasan
6306
SAMARINDA. Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim
melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan Perlindungan Tanaman
Perkebunan (P2TP) melakukan uji coba dalam membudidayakan burung hantu (Tyto alba) guna
mengatasi hama tikus di perkebunan kelapa sawit.
Kepala Disbun Kaltim diwakili Kepala UPTD P2TP, Supriyadi mengatakan kelapa sawit merupakan komoditi unggulan di Kaltim dan banyak memberikan kontribusi besar kepada pendapatan petani, namun serangan hama tikus pada tanaman ini perlu diwaspadai.
"Sebelumnya petani lebih suka menggunakan racun tikus untuk membasmi tikus yang sering merusak tanaman muda dan buah sawit. Selain sebagai predator alami, burung hantu juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan kimia", kata Supriyadi, di sela Pelatihan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bagi petani kelapa sawit di desa Bukit Seloka kecamatan Long Ikis, Paser. Turut hadir narasumber sekaligus pelatih, Dr Agus Susanto dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Menurut Supriyadi, pembiakan burung jenis ini tak terlalu sulit. Petani dengan mudah memelihara dan melatih burung untuk keperluan memangsa tikus. Agar perkembanganbiakan berjalan mulus, diharapkan petani bisa membuat rumah - rumah burung hantu (gupon) di lahan miliknya.
Dengan menggunakan burung sebagai predator alami yang andal saat menangkap tikus, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. Diprediksi satu ekor burung hantu mampu menangkap 6-8 ekor tikus per hari. (rey/disbun)
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN
Kepala Disbun Kaltim diwakili Kepala UPTD P2TP, Supriyadi mengatakan kelapa sawit merupakan komoditi unggulan di Kaltim dan banyak memberikan kontribusi besar kepada pendapatan petani, namun serangan hama tikus pada tanaman ini perlu diwaspadai.
"Sebelumnya petani lebih suka menggunakan racun tikus untuk membasmi tikus yang sering merusak tanaman muda dan buah sawit. Selain sebagai predator alami, burung hantu juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan kimia", kata Supriyadi, di sela Pelatihan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) bagi petani kelapa sawit di desa Bukit Seloka kecamatan Long Ikis, Paser. Turut hadir narasumber sekaligus pelatih, Dr Agus Susanto dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Menurut Supriyadi, pembiakan burung jenis ini tak terlalu sulit. Petani dengan mudah memelihara dan melatih burung untuk keperluan memangsa tikus. Agar perkembanganbiakan berjalan mulus, diharapkan petani bisa membuat rumah - rumah burung hantu (gupon) di lahan miliknya.
Dengan menggunakan burung sebagai predator alami yang andal saat menangkap tikus, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. Diprediksi satu ekor burung hantu mampu menangkap 6-8 ekor tikus per hari. (rey/disbun)
SUMBER : UPTD PENGEMBANGAN PERLINDUNGAN TANAMAN PERKEBUNAN