?Harus Punya Pelabuhan CPO?
16 September 2008
Admin Website
Artikel
5491
"Sehubungan hal itu, saya menargetkan dalam kurun waktu lima tahun mendatang, hamparan kebun kelapa sawit di Kutim harus mencapai 350.000 hektare. Bahkan sepuluh tahun kemudian, saya yakin luasan kebun khusus kelapa sawit bisa mencapai 500.000 hektare. Ini merupakan bagian untuk mendukung program sejuta hektare kelapa sawit yang pernah dicanangkan pemerintah Provinsi Kaltim," kata Awang Faroek belum lama ini.
Melihat pesatnya perkembangan pembangunan perkebunan sawit di Kutim, maka pemerintah daerah bertekad untuk merealisasikan pembangunan pelabuhan crude palm oil (CPO) di Maloy, Kecamatan Sangkulirang dalam waktu dekat. Pasalnya, saat ini produksi tandan buah segar (TBS) sawit yang dihasilkan di Kutim sudah banyak diangkut melalui jalan darat ke Kabupaten Paser. Padahal, baru sebahagian kebun sawit yang sudah panen. Apalagi kalau tanaman sawit yang mencapai 180 ribu hektare tersebut sudah berproduksi, maka diipastikan pengolahan TBS tidak dapat dimaksimalkan.
"Sekarang pelabuhan CPO hanya ada di Labanan. Namun pelabuhan Labanan tersebut tidak mampu melayani seluruh kepentingan karena adanya keterbatasan-keterbatasan. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki Kutim harus dikelola dengan baik untuk dimanfaatkan secara maksimal. Jadi, Kutim harus punya pelabuhan CPO," lanjut Bupati.
Menurutnya pula, tiap daerah memiliki keunggulan masing-masing, apakah itu menyangkut keunggulan komparatif ataukah mengenai keunggulan kompetitif. Karena Kutim memiliki keunggulan komparatif yang tidak ada duanya dibanding daerah lain, maka harus segera dilaksanakan upaya membenahi pelabuhan Maloy untuk dikembangkan menjadi pelabuhan CPO terbesar di Kaltim.
"Tujuannya agar persoalan kelapa sawit di Kutim dapat berjalan lancar. Malu jadinya, kita punya kebun kelapa sawit yang luas, namun ternyata tak punya pelabuhan CPO. Oleh sebab itulah saya minta pelabuhan Maloy harus segera dibenahi," tegas Awang Faroek.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, MINGGU, 14 SEPTEMBER 2008