(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Impor Gula Putih Sulit Terealisasi

10 Desember 2009 Admin Website Artikel 4756
Deputi Direktur Agro PT Rajawali Nusantara Indonesia Agung P Murdanoto di Jakarta, Rabu (9/12), menyatakan, hingga saat ini belum ada langkah apa pun yang dilakukan, seperti proses tender dan pendanaan.

#img1# Hal itu, antara lain, karena ketersediaan gula putih spesifikasi Indonesia, yaitu Icumsa atau kadar keputihan 70-200, di pasar dunia sangat terbatas. Satu-satunya negara yang diharapkan jadi pemasok adalah Thailand.

Thailand baru mulai giling tebu Januari 2010. Meskipun Thailand memproduksi gula putih, Agung ragu jumlah yang tersedia tidak mencapai 500.000 ton, apalagi Rusia, India, dan Timur Tengah juga membutuhkan.

"Kalaupun Thailand memiliki 500.000 ton gula putih, mekanisme pengangkutannya juga jadi soal. Butuh 100 unit kapal dengan daya angkut rata-rata 5.000 ton," katanya.

Menurut Agung, Indonesia bisa saja mendatangkan gula putih dari Brasil. Namun, lama perjalanannya 40 hari dan volume gula sekali angkut 25.000-40.000 ton. Kapal sebesar itu hanya bisa sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Padahal, 50 persen dari gula impor itu untuk memenuhi kebutuhan di luar Pulau Jawa sehingga dibutuhkan biaya angkut.

Padahal, saat ini harga gula putih FoB di pasar internasional 614 dollar AS per ton. Dengan nilai tukar Rp 9.500 per dollar AS ditambah bea masuk, harga gula impor itu bisa mencapai Rp 9.000 per kilogram.

Staf ahli bidang kebijakan Asosiasi Gula Indonesia, Colo Sewoko, menyatakan, ketersediaan gula putih di dunia akan melimpah bila produksi gula India tidak terganggu. Namun, tahun ini India harus mengimpor karena dari rata-rata produksi 26 juta ton per tahun dan konsumsi 22 juta ton per tahun, kini produksinya hanya 15 juta ton.

Adapun produksi gula Thailand 4,5 juta-5 juta ton per tahun, Australia 3,5 juta ton, dan Brasil 24 juta ton. Sementara itu, Rusia mengimpor 3 juta ton gula, India 2-3 juta ton.

Indonesia mengeluarkan izin impor gula mentah (raw sugar) 2,25 juta ton, sementara tambahan izin impor gula mentah yang belum terealisasi sepenuhnya 400.000 ton. "Habis sudah gula di pasar dunia," kata Colo.

Tidak perlu panik

Namun, Colo meminta semua pihak tidak perlu panik. Kebijakan harus disusun matang. "Perlu keterbukaan dari semua pihak untuk melihat seberapa besar kekurangan ketersediaan gula dalam negeri," ujarnya.

Persediaan gula Indonesia sebenarnya masih 500.000 ton. Impor diperlukan untuk cadangan kebutuhan menjelang musim giling April-Mei 2010.

Namun, pada Juli-September 2009, penyerapan gula konsumsi tinggi, diperkirakan 300.000 ton, melampaui kebutuhan rata-rata bulanan. "Ke mana gula itu sekarang?" tanya Colo.

DIKUTIP DARI KOMPAS, KAMIS, 10 DESEMBER 2009

Artikel Terkait