Kaltim Potensial Pengembangan Integrasi Sapi dan Sawit
17 April 2012
Admin Website
Artikel
5834
SAMARINDA. Pengembangan program integrasi kelapa sawit dengan sapi di
Kaltim mempunyai peluang dan potensi sangat prospektif, apalagi jika
ditinjau dari aspek luasan tanaman kelapa sawit dan permintaan,
kebutuhan serta ketersediaan sapi yang terus meningkat.
"Program integrasi sapi dan sawit sangat potensial di Kaltim, terlebih dengan program prioritas pengembangan Sejuta Hektare Sawit, tentu kegiatan usaha ini sangat terbuka bagi masyarakat, guna peningkatan kesejahteraan," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Etnawati didampingi Kepala Bidang Pengembangan Bambang F Fallah, kemarin.
Menurut dia, ketersediaan pakan sapi melalui sinergi dengan kebun sawit dan hasil samping proses pengolahan hasil kebun, serta pemanfaatan kotoran sapi secara maksimal, tentu mampu memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.
Selain itu, produksi limbah pertanian sangat tergantung pada waktu panenan yang mengakibatkan ketersediaan secara kontinu sepanjang tahun dibutuhkan tempat penyimpanan untuk menampung limbah pertanian saat panen.
Dalam pola integrasi ini, tanaman kelapa sawit sebagai komponen utama, sedangkan ternak sebagai komponen pelengkap. Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan ternak sebagai pakan diantaranya pelepah sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pelepah sawit mengandung protein 1,9 persen, lemak 0,5 persen dan lignin 17,4 persen. Kombinasi serat buah (25 persen), BIS (15 persen) dan lumpur sawit (10 persen) dengan total kontribusi 50 persen dapat digunakan untuk ternak sapi.
"Disamping memanfaatkan limbah hasil kelapa sawit, sapi yang diintegrasikan dapat memakan gulma yang berada di sekitar perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup lahan kelapa swit bisa dimanfaatkan sebagai hijauan, yakni Callopogonium mucunoides, Centrocema pubescent, Pueraria javanica, Psophocarpus palustris, Callopogonnium caerulium dan Muchuma cochinensisc," ujarnya.
Dijelaskan, tanaman leguminosa atau penutup lahan dapat memproduksi hijauan setara dengan 5-7 ton. Menunjang keberhasilan sistem integrasi ternak dengan perkebunan kelapa sawit dibutuhkan teknologi tepat guna dan sosialisasi berkelanjutan.
Terutama untuk pengolahan limbah perkebunan/pabrikan sebagai sumber pakan ternak, pengolahan kompos yang berkualiatas dalam waktu pendek, pendugaan kapasitas tampungan lahan perkebunan untuk jenis ternak tertentu dan manajemen pemelihararan ternak yang intensif.
Sedangkan ternak sapi yang diintgrasikan dengan kelapa sawit bisa dimanfaatkan sebagai penarik gerobak maupun mengangkut hasil panenan kelapa sawit dan kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sehingga mampu menghemat biaya produksi dan dimanfaatkan sebagai biogas untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat di sekitar perkebunan sawit.
"Potensi pengembangan sapi di Kaltim yang diintegrasikan dengan sawit dengan asumsi dua ekor sapi perhektare, paling tidak bisa dikembangkan 615.176 ekor untuk luasan lahan sawit berproduksi saat ini yang mencapai 307.588 hektare," katanya.
Program integrasi sawit sapi dapat mendukung program swasembada daging sapi di Kaltim bahkan Nasional. Selain itu, program ini dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat di sekitar lokasi perkebunan dengan teknologi biogas. Hingga kini pembangunan biogas Kaltim pada 2006-2011 mencapai 130 unit.
SUMBER : BIDANG PENGEMBANGAN
"Program integrasi sapi dan sawit sangat potensial di Kaltim, terlebih dengan program prioritas pengembangan Sejuta Hektare Sawit, tentu kegiatan usaha ini sangat terbuka bagi masyarakat, guna peningkatan kesejahteraan," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Etnawati didampingi Kepala Bidang Pengembangan Bambang F Fallah, kemarin.
Menurut dia, ketersediaan pakan sapi melalui sinergi dengan kebun sawit dan hasil samping proses pengolahan hasil kebun, serta pemanfaatan kotoran sapi secara maksimal, tentu mampu memberikan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.
Selain itu, produksi limbah pertanian sangat tergantung pada waktu panenan yang mengakibatkan ketersediaan secara kontinu sepanjang tahun dibutuhkan tempat penyimpanan untuk menampung limbah pertanian saat panen.
Dalam pola integrasi ini, tanaman kelapa sawit sebagai komponen utama, sedangkan ternak sebagai komponen pelengkap. Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan ternak sebagai pakan diantaranya pelepah sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit.
Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pelepah sawit mengandung protein 1,9 persen, lemak 0,5 persen dan lignin 17,4 persen. Kombinasi serat buah (25 persen), BIS (15 persen) dan lumpur sawit (10 persen) dengan total kontribusi 50 persen dapat digunakan untuk ternak sapi.
"Disamping memanfaatkan limbah hasil kelapa sawit, sapi yang diintegrasikan dapat memakan gulma yang berada di sekitar perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup lahan kelapa swit bisa dimanfaatkan sebagai hijauan, yakni Callopogonium mucunoides, Centrocema pubescent, Pueraria javanica, Psophocarpus palustris, Callopogonnium caerulium dan Muchuma cochinensisc," ujarnya.
Dijelaskan, tanaman leguminosa atau penutup lahan dapat memproduksi hijauan setara dengan 5-7 ton. Menunjang keberhasilan sistem integrasi ternak dengan perkebunan kelapa sawit dibutuhkan teknologi tepat guna dan sosialisasi berkelanjutan.
Terutama untuk pengolahan limbah perkebunan/pabrikan sebagai sumber pakan ternak, pengolahan kompos yang berkualiatas dalam waktu pendek, pendugaan kapasitas tampungan lahan perkebunan untuk jenis ternak tertentu dan manajemen pemelihararan ternak yang intensif.
Sedangkan ternak sapi yang diintgrasikan dengan kelapa sawit bisa dimanfaatkan sebagai penarik gerobak maupun mengangkut hasil panenan kelapa sawit dan kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Sehingga mampu menghemat biaya produksi dan dimanfaatkan sebagai biogas untuk mencukupi kebutuhan energi masyarakat di sekitar perkebunan sawit.
"Potensi pengembangan sapi di Kaltim yang diintegrasikan dengan sawit dengan asumsi dua ekor sapi perhektare, paling tidak bisa dikembangkan 615.176 ekor untuk luasan lahan sawit berproduksi saat ini yang mencapai 307.588 hektare," katanya.
Program integrasi sawit sapi dapat mendukung program swasembada daging sapi di Kaltim bahkan Nasional. Selain itu, program ini dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakat di sekitar lokasi perkebunan dengan teknologi biogas. Hingga kini pembangunan biogas Kaltim pada 2006-2011 mencapai 130 unit.
SUMBER : BIDANG PENGEMBANGAN