Kapasitas Produksi Industri Olahan Kakao Ditargetkan Meningkat 61%
05 Januari 2011
Admin Website
Artikel
4555
Jakarta - Tahun 2011 dipastikan akan menjadi tahun
kebangkitan industri olahan kakao (cokelat). Pemerintah sangat
optimistis kapasitas produksi kakao olahan di dalam negeri bisa
melonjak hingga 61%.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pada 2011 ini kapasitas produksi kakao olahan akan meningkat 100.000 ton per tahun. Meningkat dari 180.000 ton di 2010 menjadi 280.000 ton pada tahun ini.
"Kakao olahan ditargetkan akan meningkat sampai 61% di tahun 2011," katanya.
Mari menjelaskan selain ada peningkatan di bidang pengolahan kakao. Pemerintah juga optimistis produksi biji kakao akan meningkat sampai 22% pada tahun ini.
Dikatakan Mari pemerintah akan terus konsisten melanjutkan kebijakan dalam mendorong pengolahan industri kakao. Selain itu pemerintah akan terus melanjutkan program gerakan nasional (gernas) kakao.
Seperti diketahui penerapan kebijakan bea keluar kakao pada 1 April 2010 telah mendorong pelaku usaha kakao atau investor untuk mengembangkan industri kakao olahan di dalam negeri. Hal ini pasokan kakao di dalam negeri lebih terjamin dengan adanya bea keluar.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara produsen biji kakao ketiga di dunia. Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) 2009.
Posisi pertama Pantai Gading 1,22 juta ton per tahun atau memegang pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000 ton atau 21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pada 2011 ini kapasitas produksi kakao olahan akan meningkat 100.000 ton per tahun. Meningkat dari 180.000 ton di 2010 menjadi 280.000 ton pada tahun ini.
"Kakao olahan ditargetkan akan meningkat sampai 61% di tahun 2011," katanya.
Mari menjelaskan selain ada peningkatan di bidang pengolahan kakao. Pemerintah juga optimistis produksi biji kakao akan meningkat sampai 22% pada tahun ini.
Dikatakan Mari pemerintah akan terus konsisten melanjutkan kebijakan dalam mendorong pengolahan industri kakao. Selain itu pemerintah akan terus melanjutkan program gerakan nasional (gernas) kakao.
Seperti diketahui penerapan kebijakan bea keluar kakao pada 1 April 2010 telah mendorong pelaku usaha kakao atau investor untuk mengembangkan industri kakao olahan di dalam negeri. Hal ini pasokan kakao di dalam negeri lebih terjamin dengan adanya bea keluar.
Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara produsen biji kakao ketiga di dunia. Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) 2009.
Posisi pertama Pantai Gading 1,22 juta ton per tahun atau memegang pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000 ton atau 21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 5 JANUARI 2011