Mampu Tingkatkan Nilai Ekonomi Komoditi
04 Desember 2013
Admin Website
Berita Daerah
5471
SANGATTA. Gula Merah atau Gula Batu merupakan produk hilir pengolahan
air nira tanaman Aren yang selama ini dilakukan masyarakat secara
tradisional ternyata memiliki nilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan
dukungan teknologi tepat guna (TTG).
"Kita selama ini hanya mengenal air nira dari aren diolah menjadi Gula Batu, padahal komoditi ini bisa diolah dengan teknologi ramah lingkungan akan memiliki nilai ekonomi tinggi bahkan bisa dijadikan komoditi ekspor," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim Hj Halda Arsyad disela Temu Lapang Pengenalan Produk Olahan Berbahan Baku Aren melalui Teknologi Tepat Guna di Dusun Salimpus Desa Kandolo Kecamatan Teluk Pandan Kutai Timur, Senin (2/12).
Misalnya, untuk 20 liter air nira per pohon bisa diperoduksi menjadi 10 kilogram gula batu perhari hanya mampu menghasilkan Rp19,5 juta pertahun. Namun jika diolah menjadi gula semut untuk komoditi ekspor melalui produk hilir dukungan TTG mampu menghasilkan Rp34,6 juta pertahun.
Menurut dia, tanaman Aren Genjah Kutai Timur telah disertifikasi sebagai tanaman unggul nasional. Selain, tanamannya rendah juga berbuah lebat dan tandan banyak serta cepat berproduksi dan mampu menghasilkan air nira berkualitas.
Karenanya, Balitbangda merasa perlu menginisiasi peralatan mengadopsi TTG guna mendukung pengolahan air nira Aren menjadi produk olahan yang berkualitas dengan nilai ekonomis yang tinggi diantaranya diolah menjadi komoditi ekspor berupa Brown Sugar.
"Pangsa pasar untuk Brown Sugar atau Gula Semut guna memenuhi kebutuhan ekspor sangat terbuka," ujar Halda. Sebab negara Amerika dan Eropa serta berbagai negara lainnya sangat membutuhkan komoditi ini untuk keperluan konsumsi masyarakat.
Jawa Tengah telah mengembangkan gula aren dijadikan Brown Sugar (gula semut) ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Kebutuhan Amerika dan Australia 1.500 ton pertahun hanya mampu dipenuhi 90 ton. Kondisi ini peluang bagi pelaku usaha gula aren di Kaltim untuk merambah pangsa ekspor.
"Kami yakin inovasi yang dilakukan Balitbangda dengan TTG pengolahan gula semut akan sangat membantu petani untuk meningkatkan penghasilan serta kualitas hasil olahan gula aren lebih berdaya saing," ungkap Halda.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kutim Ahmadi Burhanudin mengemukakan Pemkab Kutim terus berkomitmen mengembangkan tanaman Aren Genjah yang merupakan tanaman perkebunan unggulan lokal.
"Kita terus mengembangkan tanaman ini dan berharap dengan teknologi inovasi Balitbangda akan mampu memotivasi petani lokal untuk meningkatkan kegiatan budidaya baik untuk egiatan pembibitan maupun menghasilkan kecambah tanaman Aren Genjah yang saat ini cukup tinggi minat dari daerah lain," ujar Ahmadi Burhanudin.
Temu Lapang Pengenalan Produk Olahan Berbahan Baku Aren melalui Teknologi Tepat Guna dirangkai dengan Sosialisasi dan Publikasi Kelitbangan dihadiri 100 peserta terdiri dari masyarakat dan Kelompok Tani Aren Melambai Dusun Salimpus, Dinas Pertanian Kutim serta Kadin Kaltim.(yans/hmsprov)
SUMBER : LITBANG KALTIM
"Kita selama ini hanya mengenal air nira dari aren diolah menjadi Gula Batu, padahal komoditi ini bisa diolah dengan teknologi ramah lingkungan akan memiliki nilai ekonomi tinggi bahkan bisa dijadikan komoditi ekspor," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim Hj Halda Arsyad disela Temu Lapang Pengenalan Produk Olahan Berbahan Baku Aren melalui Teknologi Tepat Guna di Dusun Salimpus Desa Kandolo Kecamatan Teluk Pandan Kutai Timur, Senin (2/12).
Misalnya, untuk 20 liter air nira per pohon bisa diperoduksi menjadi 10 kilogram gula batu perhari hanya mampu menghasilkan Rp19,5 juta pertahun. Namun jika diolah menjadi gula semut untuk komoditi ekspor melalui produk hilir dukungan TTG mampu menghasilkan Rp34,6 juta pertahun.
Menurut dia, tanaman Aren Genjah Kutai Timur telah disertifikasi sebagai tanaman unggul nasional. Selain, tanamannya rendah juga berbuah lebat dan tandan banyak serta cepat berproduksi dan mampu menghasilkan air nira berkualitas.
Karenanya, Balitbangda merasa perlu menginisiasi peralatan mengadopsi TTG guna mendukung pengolahan air nira Aren menjadi produk olahan yang berkualitas dengan nilai ekonomis yang tinggi diantaranya diolah menjadi komoditi ekspor berupa Brown Sugar.
"Pangsa pasar untuk Brown Sugar atau Gula Semut guna memenuhi kebutuhan ekspor sangat terbuka," ujar Halda. Sebab negara Amerika dan Eropa serta berbagai negara lainnya sangat membutuhkan komoditi ini untuk keperluan konsumsi masyarakat.
Jawa Tengah telah mengembangkan gula aren dijadikan Brown Sugar (gula semut) ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar. Kebutuhan Amerika dan Australia 1.500 ton pertahun hanya mampu dipenuhi 90 ton. Kondisi ini peluang bagi pelaku usaha gula aren di Kaltim untuk merambah pangsa ekspor.
"Kami yakin inovasi yang dilakukan Balitbangda dengan TTG pengolahan gula semut akan sangat membantu petani untuk meningkatkan penghasilan serta kualitas hasil olahan gula aren lebih berdaya saing," ungkap Halda.
Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan Kutim Ahmadi Burhanudin mengemukakan Pemkab Kutim terus berkomitmen mengembangkan tanaman Aren Genjah yang merupakan tanaman perkebunan unggulan lokal.
"Kita terus mengembangkan tanaman ini dan berharap dengan teknologi inovasi Balitbangda akan mampu memotivasi petani lokal untuk meningkatkan kegiatan budidaya baik untuk egiatan pembibitan maupun menghasilkan kecambah tanaman Aren Genjah yang saat ini cukup tinggi minat dari daerah lain," ujar Ahmadi Burhanudin.
Temu Lapang Pengenalan Produk Olahan Berbahan Baku Aren melalui Teknologi Tepat Guna dirangkai dengan Sosialisasi dan Publikasi Kelitbangan dihadiri 100 peserta terdiri dari masyarakat dan Kelompok Tani Aren Melambai Dusun Salimpus, Dinas Pertanian Kutim serta Kadin Kaltim.(yans/hmsprov)
SUMBER : LITBANG KALTIM