(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Pemahaman Keliru Soal Benih Sawit Unggul

22 Februari 2012 Admin Website Artikel 6859
Pada perkebunan kelapa sawit, penggunaan benih menjadi faktor penting kesuksesan budidaya. Hanya saja, karena minimnya informasi dan pengetahuan yang beredar di masyarakat tentang benih kelapa sawit, menciptakan resiko penggunaan benih asalan. 

Setidaknya ada beberapa pemahaman keliru tentang benih kelapa sawit yang berkembang di masyarakat, antara lain:

Benih kelapa sawit bisa dibeli secara bebas di pasar. Banyak orang yang beranggapan bahwa benih sawit mudah diperoleh seperti halnya tanaman sayuran. Tentu tidak demikian. Benih kelapa sawit hanya bisa diperoleh di 9 sumber benih antara lain PPKS Medan, PT Socfindo, PT Lonsum, PT. Dami Mas, PT. Bakti Tani Nusantara, PT. Tunggal Yunus, PT. Sarana Inti Prataka, PT. Bina Sawit Makmur dan PT. Tania Selatan. Hampir seluruh sumber benih ini tidak memiliki agen penjualan.

Benih kelapa sawit dijual paketan. Banyak calon pekebun yang menanggap benih sawit dapat dibeli per kantung atau per peti. Padahal benih asal sumber benih seluruhnya dijual per kecambah yang harganya ditetapkan per semester pada pertemuan sumber benih dengan pemerintah pusat.Penggunaan kantung atau pun peti tidak dilihat sebagai bentuk paket namun semata-mata metoda pengemasan benih saat akan dikirim kepada konsumen.

Benih sawit bisa dibeli cash and carry tanpa prosedur pendahuluan. Untuk memperoleh benih sawit unggul, pekebun harus mengikuti prosedur tertentu. Seperti mengurus surat keterangan dari Kepala Desa atau SP2BKS dari Dinas Perkebunan. Tanpa adanya kelengkapan ini sumber benih tidak akan melayani pesanan meskipun pekebun sudah menyiapkan dana.

Mengapa mendapatkan benih sawit tidak semudah memperoleh benih tanaman hortikultur?

Tidak lain karena berkebun kelapa sawit adalah investasi jangka panjang. Sekali salah menanam maka kerugian akan dirasakan hingga 25 tahun. Tentu perlu jaminan agar konsumen bisa mendapatkan benih unggul, meskipun membuat para pekebun sedikit kesulitan mendapatkan benih. Namun ini masih lebih baik daripada “mudah” namun tidak ada garansi jika benih yang diperoleh bisa mendatangkan keuntungan.

DIKUTIP DARI MEDIA PERKEBUNAN, 17 PEBRUARI 2012

Artikel Terkait