(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Pohon Tua, Wajar Produksi Kakao Turun

14 September 2012 Admin Website Artikel 6799

SANGATTA. Turunnya produksi kakao di sejumlah desa di Kecamatan Busang, dinilai Dinas Perkebunan bukan  karena perhatian yang kurang dari pemerintah. Ada factor teknis yang lebih dominan, yakni usia pohon sudah tergolong tua. Dan untuk mengatasinya bisa dilakukan menanam bibit unggul atau varietas terbaru.

"Bisa juga pakai teknik sambung samping, dan dipastikan kualitas kakao lebih baik dari sekarang," kata Kepala Dinas Perkebunan Kutim Akhmadi Baharuddin

Sambung samping, kata Akhmadi, merupakan teknik lazim yang saat ini banyak berkembang di bidang perkebunan. Mengambil bibit kakao nomor wahid dari pulau Jawa, lalu mengombinasikan dengan tanaman lama. Caranya bibit baru ditanam di samping kakao. Kemudian ketika bibit tumbuh dan terlihat subur barulah tanaman lama dicabut.

"Kalau gunakan cara ini produksi kemungkinan besar maksimal. Sebab menanam dengan varietas terbaru, tak sampai 1 tahun sudah berbuah," ujarnya.

Sejauh ini, terang dia, matinya sejumlah tanaman banyak diakibatkan umur pohon sudah terlampau tua. Sehingga produksi terus menyusut. Apabila tanaman cepat diganti permasalahan petani kakao di sejumlah desa di Kecmatan Busang dapat terselesaikan.

Ia menambahkan, pihaknya tahun ini telah mengirim tim penyuluhan ke berbagai desa se-Kutim. Gunanya untuk memberi saran dan informasi terbaru terkait tanaman kebun yang banyak diproduksi warga.

Meski demikian, terang Akhmadi, saat ini petani di Kecamatan Busang memang belum kebagian jadwal penyuluhan. Pasalnya jarak jauh serta dana terbatas menjadi kendala. "Yang jelas petani di sana nanti kebagian informasi dari tim penyuluh. Tapi untuk  masalah harga, sekarang normal kok," tuturnya.

Seperti diketahui, puluhan petani kakao di beberapa desa Kecamatan Busang Kutim mengalami kerugian cukup besar, akibat produksi buah kakao menurun drastis. Bahkan anjloknya kebun mencapai hingga delapan puluh persen.

Dikatakan Hasan, seluruh petani di Desa Rantau Sentosa, Desa Long Bentuk, Long Nyelong dan Long Lees dan desa lainnya adalah kawasan yang paling besar terkena dampaknya sejak kurun waktu tiga tahun terakhir.

Salah satu penyebabnya lantaran tingginya serangan hama buah dan batang yang secara terus menerus menyerang kebun petani. Serangan hama mematikan ini sampai-sampai merusak buah hingga batang pohon kakao. "Ini yang menjadi kekhawatiran kami selama ini," terang warga Desa Rantau Sentosa itu.

Penyebab lain, saat ini perhatian pemerintah daerah terhadap usaha petani kakao terhitung minim. Sudah sering masalah ini dilaporkan, namun tidak ada perhatian. "Apalagi biaya operasional semakin tinggi. Dan harga obat-obatan juga pupuk ikut melambung, Sedangkan buah kurang, makanya pendapatan petani rugi," tuturnya.

DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 12 SEPTEMBER 2012

Artikel Terkait