Sebatik dan Krayan Kembangkan Rumput Laut dan Pengolahan Tebu
03 Agustus 2011
Admin Website
Artikel
5081
SAMARINDA. Setelah melakukan berbagai kajian ke sejumlah daerah perbatasan, Badan
Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil (BPKP2DT)
Kaltim memutuskan untuk mendorong pengembangan budidaya rumput laut di
Pulau Sebatik dan komiditi tebu dengan teknologi tepat guna di Kecamatan
Krayan. Kedua kawasan tersebut merupakan daerah yang secara langsung
berbatasan dengan Negara tetangga Malaysia.
"Tahun depan, program pembangunan perbatasan akan kami dorong ke arah yang lebih implementatif. Masyarakat perbatasan harus bisa melihat langsung contoh sukses pengelolaan di daerah lain," kata Kepala BPKP2DT Kaltim, Adri Patton didampingi Kepala Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha Diddy Rusdiansyah di ruang kerjanya, Selasa (2/8).
Pengembangan budidaya rumput laut akan difokuskan bagi masyarakat Sebatik Barat yang merupakan pintu masuk ekonomi kawasan tersebut. Lokasi persisnya berada di Desa Setabu, yang merupakan desa tertua di kawasan itu. Masyarakat desa ini masih menggunakan metode sederhana dalam pengelolaan budidaya rumput laut, sehingga kualitas rumput laut yang dihasilkan belum terlalu baik.
Pengaruh berikutnya, harga rumput laut yang dijual pun dipatok dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Harga rumput laut perkoligramnya masih dihargai Rp6.000,- hingga Rp6.500,- padahal harga pasarnya mencapai Rp7.000. Masyarakat sulit menentukan harga sebab secara organisasi para pembudidaya belum bergabung dalam satu wadah yang kuat, seperti koperasi. Rencananya, 2012 sebanyak lima pembudidaya asal Sebatik akan dibawa ke Desa Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali untuk belajar pengelolaan rumput laut yang lebih berkualitas.
"Mereka akan belajar tentang pengelolaan rumput laut yang lebih baik. Bukan hanya proses budidayanya, tapi juga penanganan pasca panen," kata Adri Patton. Diddy Rusdiansyah menambahkan, selain memperkuat kelembagaan koperasi, penting untuk penguatan dan pemahaman teknologi informasi melalui jejaring internet.
Pemahaman internet akan sangat berguna untuk mengetahui patokan harga pasar sehingga pembudidaya rumput laut bisa menentukan harga yang lebih layak. Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat perbatasan wilayah darat, badan ini akan mengembangkan pengolahan tebu dengan teknologi tepat guna dalam bentuk dua unit mesin, masing-masing mesin manual dan semi otomatis.
"Mereka juga akan kita bawa ke Malang, Jawa Timur untuk mengetahui cara menanam tebu yang baik, sedangkan untuk pengolahan tebun akan kita bawa ke Tegal, Jawa Tengah," kata Diddy. Setelah mendapatkan pengetahuan dari proses belajar sukses dari daerah lain itu, diharapkan kesepuluh orang tersebut dapat menerapkannya di daerah bersama rekan-rekan mereka yang lain. Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang dipercaya dan ditunjuka oleh petugas penyuluh lapangan setempat.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
"Tahun depan, program pembangunan perbatasan akan kami dorong ke arah yang lebih implementatif. Masyarakat perbatasan harus bisa melihat langsung contoh sukses pengelolaan di daerah lain," kata Kepala BPKP2DT Kaltim, Adri Patton didampingi Kepala Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha Diddy Rusdiansyah di ruang kerjanya, Selasa (2/8).
Pengembangan budidaya rumput laut akan difokuskan bagi masyarakat Sebatik Barat yang merupakan pintu masuk ekonomi kawasan tersebut. Lokasi persisnya berada di Desa Setabu, yang merupakan desa tertua di kawasan itu. Masyarakat desa ini masih menggunakan metode sederhana dalam pengelolaan budidaya rumput laut, sehingga kualitas rumput laut yang dihasilkan belum terlalu baik.
Pengaruh berikutnya, harga rumput laut yang dijual pun dipatok dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Harga rumput laut perkoligramnya masih dihargai Rp6.000,- hingga Rp6.500,- padahal harga pasarnya mencapai Rp7.000. Masyarakat sulit menentukan harga sebab secara organisasi para pembudidaya belum bergabung dalam satu wadah yang kuat, seperti koperasi. Rencananya, 2012 sebanyak lima pembudidaya asal Sebatik akan dibawa ke Desa Kutuh, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali untuk belajar pengelolaan rumput laut yang lebih berkualitas.
"Mereka akan belajar tentang pengelolaan rumput laut yang lebih baik. Bukan hanya proses budidayanya, tapi juga penanganan pasca panen," kata Adri Patton. Diddy Rusdiansyah menambahkan, selain memperkuat kelembagaan koperasi, penting untuk penguatan dan pemahaman teknologi informasi melalui jejaring internet.
Pemahaman internet akan sangat berguna untuk mengetahui patokan harga pasar sehingga pembudidaya rumput laut bisa menentukan harga yang lebih layak. Sedangkan untuk pemberdayaan masyarakat perbatasan wilayah darat, badan ini akan mengembangkan pengolahan tebu dengan teknologi tepat guna dalam bentuk dua unit mesin, masing-masing mesin manual dan semi otomatis.
"Mereka juga akan kita bawa ke Malang, Jawa Timur untuk mengetahui cara menanam tebu yang baik, sedangkan untuk pengolahan tebun akan kita bawa ke Tegal, Jawa Tengah," kata Diddy. Setelah mendapatkan pengetahuan dari proses belajar sukses dari daerah lain itu, diharapkan kesepuluh orang tersebut dapat menerapkannya di daerah bersama rekan-rekan mereka yang lain. Mereka yang dipilih adalah orang-orang yang dipercaya dan ditunjuka oleh petugas penyuluh lapangan setempat.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM