Target Swasembada Gula 2014 Terancam Gagal
04 Mei 2011
Admin Website
Artikel
4758
JAKARTA--MICOM: Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengeluhkan
pemerintah lambat dalam merevitalisasi industri gula melalui langkah
ekstensifikasi dengan perluasan areal dan pembangunan pabrik gula (PG)
baru. Ketidakberjalan ini membuat tidak terpenuhinya target swasembada
gula di 2014.
"Pemerintah sangat lambat dalam merevitalisasi gula. Pemerintah telah tiga kali mencanangkan program revitalisasi yakni 2002, 2006, dan 2009, namun tidak ada hasil. Hingga kini tidak ada penambahan lahan baru untuk perkebunan tebu dan pabrik gula. Padahal, banyak investor tertarik untuk berinvestasi di industri gula," kata Ketua AGI Faruk Bakrie dalam seminar kiat sukses berinvestasi industri gula/tebu di Jakarta, Rabu (4/5).
Menurut Faruk , sedikitnya enam kendala utama dalam lambatnya revitalisasi gula. Di antaranya, kesulitan memperoleh lahan, terbatasnya infrastruktur daerah baru, ketatnya kompetisi penggunaan lahan dengan tanaman nontebu, bunga bank yang cukup tinggi.
Fluktuasi harga gula yang tinggi antarwaktu dan daerah yang dipengaruhi oleh kondisi ketidakstabilan supply-demand, pengaruh fluktuasi pasar gula dunia, ketiadaan stok penyangga harga pasar gula dalam negeri, infrastruktur dan sistem distribusi yang tidak lancar menyebabkan harga tidak stabil. Ini memunculkan keraguan bagi kalangan investor untuk berinvestasi ke dalam bisnis industri gula.
"Lahan tidak ada. Padahal secara perhitungan, pabrik gula baru harus sudah mulai diproduksi di awal 2012, sehingga lahannya harus tersedia di 2011. Dibutuhkan areal 500 ribu hektar (ha) untuk pabrik baru. Melihat kondisi ini, pesimistis bisa tercapai," kata Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 4 MEI 2011
"Pemerintah sangat lambat dalam merevitalisasi gula. Pemerintah telah tiga kali mencanangkan program revitalisasi yakni 2002, 2006, dan 2009, namun tidak ada hasil. Hingga kini tidak ada penambahan lahan baru untuk perkebunan tebu dan pabrik gula. Padahal, banyak investor tertarik untuk berinvestasi di industri gula," kata Ketua AGI Faruk Bakrie dalam seminar kiat sukses berinvestasi industri gula/tebu di Jakarta, Rabu (4/5).
Menurut Faruk , sedikitnya enam kendala utama dalam lambatnya revitalisasi gula. Di antaranya, kesulitan memperoleh lahan, terbatasnya infrastruktur daerah baru, ketatnya kompetisi penggunaan lahan dengan tanaman nontebu, bunga bank yang cukup tinggi.
Fluktuasi harga gula yang tinggi antarwaktu dan daerah yang dipengaruhi oleh kondisi ketidakstabilan supply-demand, pengaruh fluktuasi pasar gula dunia, ketiadaan stok penyangga harga pasar gula dalam negeri, infrastruktur dan sistem distribusi yang tidak lancar menyebabkan harga tidak stabil. Ini memunculkan keraguan bagi kalangan investor untuk berinvestasi ke dalam bisnis industri gula.
"Lahan tidak ada. Padahal secara perhitungan, pabrik gula baru harus sudah mulai diproduksi di awal 2012, sehingga lahannya harus tersedia di 2011. Dibutuhkan areal 500 ribu hektar (ha) untuk pabrik baru. Melihat kondisi ini, pesimistis bisa tercapai," kata Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 4 MEI 2011