Timbangan Pembeli Karet di Kubar Dikeluhkan
26 April 2011
Admin Website
Artikel
5081
SENDAWAR - Bervariasinya harga karet yang cenderung
menurun dan alat timbangan pembeli yang dinilai tidak akurat masih
dikeluhkan petani karet di Kutai Barat (Kubar). Mereka meminta
pemerintah tegas terhadap pembeli karet yang sering merugikan petani.
“Saya melihat transaksi karet di Kubar kok semakin merugikan petani. Ini harus segera disikapi pemerintah,” kata Hanyeq, warga Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, Senin (25/4) kemarin.
Dia menyarankan pemeriksaan alat timbang pembeli karet yang sering merugikan petani. “Coba lihat kasus balita tewas terpanggang di Kampung Lambing, Kecamatan Muara Lawa, Sabtu (23/4) tadi, karena ditingalkan ibunya menores karet,” ungkap dia. Kejadian itu mestinya menyetuh perasaan pembeli karet yang tega mengurangi berat karet petani.
Hal senada diungkapkan Zainuddin, warga Melak. Dia mengakui, harga karet juga bervariasi. Ada pembeli yang membeli karet petani Rp 13 ribu ada juga Rp 12.900 per kg. “Kenapa bisa beda? Mestinya seragam,” saran dia.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kubar Milon mengakui, ada laporan petani soal timbangan itu. “Bahkan ada laporan yang saya terima satu karung itu sampai 6 kg kurangnya. Kenapa bisa begini?” tegas Milon. Tapi menera ulang alat timbangan pembeli karet, diakuinya sangat sulit. Karena pembeli karet berpindah-pindah dari kampung satu ke kampung lainnya.
Meski demikian dia berharap pembeli karet yang mayoritas warga Kubar menera ulang alat timbangan masing-masing. Juli 2011 ini Disperindagkop dan UKM Kubar kembali melakukan tera ulang dengan melibatkan Petugas Balai Metrologi Samarinda. Kegiatannya, di Kecamatan Melak, Barong Tongkok, Linggang Bigung, dan Damai.
“Saya mohon para camat nanti mengkoordinir pedagang atau pembeli karet untuk datang membawa alat timbangannya,” kata dia. Upaya tera ulang ini sudah beberapa kali dilakukan di Kubar, namun masih banyak pedagang yang tidak menerakan alat timbangannya.
Menanggapi Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang agar pemerintah juga melakukan pengecekan alat timbang di pabrik luar daerah Milon tegas menolak karena tidak ada kewenangan.
Seperti diberitakan, harga karet di petani sepekan ini bertahan di angka Rp13 ribu per kg. Untuk harga karet minggu berikutnya, belum dapat diprediksi. Namun berdasarkan Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang, ada kecenderungan menurun.
“Tapi ini baru informasi sekilas saja tepatnya belum. Kita masih menunggu, beberapa nanti nanti apakah turun harganya atapun malah naik,” kata Rinatang saat dihubungi media ini saat ditanya harga karet di Kubar dalam sepekan ini, Minggu (24/4).
Rinatang mengusulkan, langkah pemerintah memeriksa timbangan pembali karet itupun tidak saja dilakukan kepada semua pembeli karet tapi semua pedagang di Kubar. Seperti pedagang di toko-toko atau pasar-pasar.
“Terlebih lagi, kita harapkan bisa mengukur alat timbang di pabrik pembali karet,” tegas dia. Karena selama ini, karet petani yang dijual ke pabrik di Banjarmasin, pihak pembeli dari Kubar ini tidak pernah diperlihatkan hasilnya. Truk beserta muatan karet yang ditimbang di pabrik menggunakan sistim digital itu, pembeli dari Kubar tidak pernah melihat layarnya. “Kami hanya diberi catatan tulisan tangan,” ungkapnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 26 APRIL 2011
“Saya melihat transaksi karet di Kubar kok semakin merugikan petani. Ini harus segera disikapi pemerintah,” kata Hanyeq, warga Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, Senin (25/4) kemarin.
Dia menyarankan pemeriksaan alat timbang pembeli karet yang sering merugikan petani. “Coba lihat kasus balita tewas terpanggang di Kampung Lambing, Kecamatan Muara Lawa, Sabtu (23/4) tadi, karena ditingalkan ibunya menores karet,” ungkap dia. Kejadian itu mestinya menyetuh perasaan pembeli karet yang tega mengurangi berat karet petani.
Hal senada diungkapkan Zainuddin, warga Melak. Dia mengakui, harga karet juga bervariasi. Ada pembeli yang membeli karet petani Rp 13 ribu ada juga Rp 12.900 per kg. “Kenapa bisa beda? Mestinya seragam,” saran dia.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kubar Milon mengakui, ada laporan petani soal timbangan itu. “Bahkan ada laporan yang saya terima satu karung itu sampai 6 kg kurangnya. Kenapa bisa begini?” tegas Milon. Tapi menera ulang alat timbangan pembeli karet, diakuinya sangat sulit. Karena pembeli karet berpindah-pindah dari kampung satu ke kampung lainnya.
Meski demikian dia berharap pembeli karet yang mayoritas warga Kubar menera ulang alat timbangan masing-masing. Juli 2011 ini Disperindagkop dan UKM Kubar kembali melakukan tera ulang dengan melibatkan Petugas Balai Metrologi Samarinda. Kegiatannya, di Kecamatan Melak, Barong Tongkok, Linggang Bigung, dan Damai.
“Saya mohon para camat nanti mengkoordinir pedagang atau pembeli karet untuk datang membawa alat timbangannya,” kata dia. Upaya tera ulang ini sudah beberapa kali dilakukan di Kubar, namun masih banyak pedagang yang tidak menerakan alat timbangannya.
Menanggapi Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang agar pemerintah juga melakukan pengecekan alat timbang di pabrik luar daerah Milon tegas menolak karena tidak ada kewenangan.
Seperti diberitakan, harga karet di petani sepekan ini bertahan di angka Rp13 ribu per kg. Untuk harga karet minggu berikutnya, belum dapat diprediksi. Namun berdasarkan Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang, ada kecenderungan menurun.
“Tapi ini baru informasi sekilas saja tepatnya belum. Kita masih menunggu, beberapa nanti nanti apakah turun harganya atapun malah naik,” kata Rinatang saat dihubungi media ini saat ditanya harga karet di Kubar dalam sepekan ini, Minggu (24/4).
Rinatang mengusulkan, langkah pemerintah memeriksa timbangan pembali karet itupun tidak saja dilakukan kepada semua pembeli karet tapi semua pedagang di Kubar. Seperti pedagang di toko-toko atau pasar-pasar.
“Terlebih lagi, kita harapkan bisa mengukur alat timbang di pabrik pembali karet,” tegas dia. Karena selama ini, karet petani yang dijual ke pabrik di Banjarmasin, pihak pembeli dari Kubar ini tidak pernah diperlihatkan hasilnya. Truk beserta muatan karet yang ditimbang di pabrik menggunakan sistim digital itu, pembeli dari Kubar tidak pernah melihat layarnya. “Kami hanya diberi catatan tulisan tangan,” ungkapnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 26 APRIL 2011