Harga bagus, nilai ekspor karet melonjak 75%
05 Agustus 2011
Admin Website
Artikel
4806
JAKARTA. Ekspor karet dan barang dari karet selama semester I tahun ini
melonjak signifikan baik dari segi volume dan nilai terdorong oleh harga
dan permintaan akan komoditas tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor karet dan barang dari karet selama Januari-Juni mencapai 1,71 juta ton, naik 21,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,41 juta ton.
Dari segi nilai, nilai ekspor komoditas tersebut mengalami kenaikan hampir 75% selama enam bulan pertama tahun ini menjadi US$7,59 miliar. Pada Januari-Juni 2010, nilai ekspor hanya sebesar US$4,34 miliar.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mengatakan baik harga dan permintaan meningkat cukup tinggi sehingga memengaruhi nilai dan volume ekspornya.
Namun, lanjutnya, laju peningkatan nilai ekspor jauh lebih tajam dibandingkan dengan peningkatan volume ekspor. “Dari segi volume hanya naik 21,6% sementara dari segi nilai mengalami kenaikan hingga 75%. Itu berarti lebih tajam kenaikan nilainya,” ungkap Suharto.
Dia menjelaskan tingginya volume ekspor selama satu semester ini disebabkan oleh membaiknya produksi komoditas karet di dalam negeri karena dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang sudah membaik.
Di sisi lain, permintaan akan komoditas tersebut sepanjang Januari-Juni tahun ini dari berbagai negara konsumsi karet sudah mulai karena telah melewati pengaruh krisis global.
Suharto menuturkan kecuali India, hampir semua negara pengimpor karet mencatat kenaikan. Bahkan permintaan dari Amerika yang sebelumnya mencatat penurunan karena pengaruh krisis global juga telah membaik.
“India paling menyolok persentasi peningkatannya namun dari segi volume ekspor tetap China yang lebih besar,” jelasnya.
Ekspor ke Jepang selama semester I, menurutnya, mencatat penurunan setelah industri otomotif di negara itu terpukul bencana alam tsunami.
Dilihat dari perkembangan bulan per bulan, volume ekspor karet dan barang dari karet pada Juni mengalami kenaikan 32% menjadi 370.498 ton dibandingkan Mei menjadi sementara dari segi nilai justru turun 8,76% menjadi US$1,2 miliar.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, KAMIS, 4 AGUSTUS 2011
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor karet dan barang dari karet selama Januari-Juni mencapai 1,71 juta ton, naik 21,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,41 juta ton.
Dari segi nilai, nilai ekspor komoditas tersebut mengalami kenaikan hampir 75% selama enam bulan pertama tahun ini menjadi US$7,59 miliar. Pada Januari-Juni 2010, nilai ekspor hanya sebesar US$4,34 miliar.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) mengatakan baik harga dan permintaan meningkat cukup tinggi sehingga memengaruhi nilai dan volume ekspornya.
Namun, lanjutnya, laju peningkatan nilai ekspor jauh lebih tajam dibandingkan dengan peningkatan volume ekspor. “Dari segi volume hanya naik 21,6% sementara dari segi nilai mengalami kenaikan hingga 75%. Itu berarti lebih tajam kenaikan nilainya,” ungkap Suharto.
Dia menjelaskan tingginya volume ekspor selama satu semester ini disebabkan oleh membaiknya produksi komoditas karet di dalam negeri karena dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang sudah membaik.
Di sisi lain, permintaan akan komoditas tersebut sepanjang Januari-Juni tahun ini dari berbagai negara konsumsi karet sudah mulai karena telah melewati pengaruh krisis global.
Suharto menuturkan kecuali India, hampir semua negara pengimpor karet mencatat kenaikan. Bahkan permintaan dari Amerika yang sebelumnya mencatat penurunan karena pengaruh krisis global juga telah membaik.
“India paling menyolok persentasi peningkatannya namun dari segi volume ekspor tetap China yang lebih besar,” jelasnya.
Ekspor ke Jepang selama semester I, menurutnya, mencatat penurunan setelah industri otomotif di negara itu terpukul bencana alam tsunami.
Dilihat dari perkembangan bulan per bulan, volume ekspor karet dan barang dari karet pada Juni mengalami kenaikan 32% menjadi 370.498 ton dibandingkan Mei menjadi sementara dari segi nilai justru turun 8,76% menjadi US$1,2 miliar.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, KAMIS, 4 AGUSTUS 2011