Petani Dilatih Olah Produk Hasil Perkebunan
15 Juni 2014
Admin Website
Berita Kedinasan
4792
SAMARINDA. Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, Hj
Etnawati Usman menerangkan komoditi kakao memiliki potensi untuk dikembangkan
di Kaltim selain kelapa sawit dan karet. Kendati perkembangan budidaya kakao
tersebar hampir di seluruh wilayah ini, namun penanganan industri hilirnya
masih sangat terbatas.
"Perlu adanya upaya-upaya dalam menghasilkan produk olahan kakao yang berkualitas dan dapat menjadi nilai tambah produknya sehingga meningkatkan pendapatan petani kakao," jelasnya.
Etnawati menerangkan pihaknya melalui Bidang Usaha, baru-baru ini melaksanakan Pelatihan Pengolahan Hasil Perkebunan Kakao yang diikuti oleh 30 petani kakao di kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur.
Dipaparkan, permasalahan produk kakao diantaranya adalah mutu produk yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena penanganan pasca panen yang belum baik sehingga produk yang dihasilkan petani masih tercampur dengan benda – benda asing lainnya.
Selain itu, proses pengeringan kakao yang kurang sempurna sehingga biji kakao ditumbuhi oleh jamur dan volume biji kakao yang telah difermentasi relatif sedikit sehingga para pedagang pengumpul masih mencampur antara biji kakao fermentasi dengan belum difermentasi.
"Diharapkan melalui pelatihan ini, petani mampu meningkatkan kualitas produk kakao dan nilai tambah yang diperoleh turut meningkat sehingga petani kakao menjadi sejahtera," ungkap Etnawati lagi. (rey/disbun)
SUMBER : BIDANG USAHA
"Perlu adanya upaya-upaya dalam menghasilkan produk olahan kakao yang berkualitas dan dapat menjadi nilai tambah produknya sehingga meningkatkan pendapatan petani kakao," jelasnya.
Etnawati menerangkan pihaknya melalui Bidang Usaha, baru-baru ini melaksanakan Pelatihan Pengolahan Hasil Perkebunan Kakao yang diikuti oleh 30 petani kakao di kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur.
Dipaparkan, permasalahan produk kakao diantaranya adalah mutu produk yang masih rendah. Hal ini disebabkan karena penanganan pasca panen yang belum baik sehingga produk yang dihasilkan petani masih tercampur dengan benda – benda asing lainnya.
Selain itu, proses pengeringan kakao yang kurang sempurna sehingga biji kakao ditumbuhi oleh jamur dan volume biji kakao yang telah difermentasi relatif sedikit sehingga para pedagang pengumpul masih mencampur antara biji kakao fermentasi dengan belum difermentasi.
"Diharapkan melalui pelatihan ini, petani mampu meningkatkan kualitas produk kakao dan nilai tambah yang diperoleh turut meningkat sehingga petani kakao menjadi sejahtera," ungkap Etnawati lagi. (rey/disbun)
SUMBER : BIDANG USAHA